rotokol pemberian magnesium menurut The Parkland Memorial Hospital, Baltimore, adalah sebagai berikut :
4 g. magnesium sulfat IV dalam 5 menit, dilanjutkan dengan 10 g.
magnesium sulfat dicampur dengan 1 ml lidokain 2% IM dibagi pada kedua
bokong. Bila kejang masih menetap setelah 15 menit lanjutkan dengan
pemberian 2 g. magnesium sulfat IV dalam 3-5 menit. Sebagai dosis
rumatan, 4 jam kemudian berikan 5 g. magnesium sulfat IM, kecuali jika
refleks patella tidak ada, terdapat depresi pernafasan, atau urine
output <100 ml dalam 4 jam tersebut. Atau dapat diberikan magnesium
sulfat 2-4 g/jam IV. Bila kadar magnesium >10 mg/dl dalam waktu 4 jam
setelah pemberian bolus maka dosis rumatan dapat diturunkan. Level
terapetik adalah 4,8-8,4 mg/dl. Dengan protokol di atas, biasanya serum
magnesium akan mencapai 4-7 mg/dl pada pasien dengan distribusi volume
normal dan fungsi ginjal yang normal. Pengawasan aktual serum magnesium
hanya dilakukan pada pasien dengan gejala keracunan magnesium atau pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pasien dapat mengalami kejang
ketika mendapat magnesium sulfat. Bila kejang timbul dalam 20 menit
pertama setelah menerima loading dose, kejang biasanya pendek dan tidak
memerlukan pengobatan tambahan.
Bila kejang timbul >20 menit setelah pemberian loading dose,
berikan tambahan 2-4 gram magnesium. dosis: inisial: 4-6 g. IV bolus
dalam 15-20 menit; bila kejang timbul setelah pemberian bolus, dapat
ditambahkan 2 g. IV dalam 3-5 menit. Kurang lebih 10-15% pasien
mengalami kejang lagi setelah pemberian loading dosis. Dosis rumatan:
2-4 g./jam IV per drip. Bila kadar magnesium > 10 mg/dl dalam waktu 4
jam setelah pemberian per bolus maka dosis rumatan dapat diturunkan.
Pada Magpie Study, untuk keamanan, dosis magnesium dibatasi. Dosis awal
terbatas pada 4 g. bolus IV, dilanjutkan dengan dosis rumatan 1 g./jam.
Jika diberikan IM, dosisnya 10 g. dilanjutkan 5 g. setiap 4 jam. Terapi
diteruskan hingga 24 jam kontraindikasi : Hipersensitif terhadap
magnesium, adanya blok pada jantung, penyakit Addison, kerusakan otot
jantung, hepatitis berat, atau myasthenia gravis.
Interaksi : Penggunaan bersamaan dengan nifedipin dapat menyebabkan
hipotensi dan blokade neuromuskular. Dapat meningkatkan terjadinya
blokade neuromuskular bila digunakan dengan aminoglikosida, potensial
terjadi blokade neuromuskular bila digunakan kersamaan dengan
tubokurarin, venkuronium dan suksinilkolin. Dapat meningkatkan efek SSP
dan toksisitas dari depresan SSP, betametason dan kardiotoksisitas dari
ritodrine.
Kategori keamanan pada kehamilan : A – aman pada ehamilan.(Fugate
SR dkk), Peringatan : Selalu monitor adanya refleks yang hilang, depresi
nafas dan penurunan urine output: Pemberian harus dihentikan bila
terdapat hipermagnesia dan pasien mungkin membutuhkan bantuan ventilasi.
Depresi SSP dapat terjadi pada kadar serum 6-8 mg/dl, hilangnya refleks
tendon pada kadar 8-10 mg/dl, depresi pernafasan pada kadar 12-17
mg/dl, koma pada kadar 13-17 mg/dl dan henti jantung pada kadar 19-20
mg/dl. Bila terdapat tanda keracunan magnesium, dapat diberikan kalsium
glukonat 1 g. IV secara perlahan. Magnesium sulfat harus dipikirkan
untuk wanita hamil dengan eklampsia karena harganya murah, cocok
digunakan di negara yang pendapatannya rendah. Pemberian intravena lebih
disukai karena efek sampingnya lebih rendah dan masalah yang disebabkan
oleh tempat penyuntikan lebih sedikit. Lamanya pengobatan umumnya tidak
lebih dari 24 jam, dan bila rute intravena digunakan untuk terapi
rumatan maka dosisnya jangan melebihi 1 g/jam.Pemberian dan pengawasan
klinik selama pemberian magnesium sulfat dapat dilakukan oleh staf
medik, bidan dan perawat yang sudah terlatih.
2. Fenitoin
Fenitoin telah berhasil digunakan untuk mengatasi kejang eklamptik,
namun diduga menyebabkan bradikardi dan hipotensi. Fenitoin bekerja
menstabilkan aktivitas neuron dengan menurunkan flux ion di seberang
membran depolarisasi. Keuntungan fenitoin adalah dapat dilanjutkan
secara oral untuk beberapa hari sampai risiko kejang eklamtik berkurang.
Fenitoin juga memiliki kadar terapetik yang mudah diukur dan
penggunaannya dalam jangka pendek sampai sejauh ini tidak memberikan
efek samping yang buruk pada neonatus.
Dosis awal: 10 mg/kgbb. IV per drip dengan kecepatan < 50
mg/min, diikuti dengan dosis rumatan 5 mg/kgbb. 2 jam kemudian.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap fenitoin, blok sinoatrial, AV
blok tingkat kedua dan ketiga, sinus bradikardi, sindrom Adams-Stokes.
Interaksi : Amiodaron, benzodiazepin, kloramfenikol, simetidin,
flukonazol, isoniazid, metronidazol, miconazol, fenilbutazon,
suksinimid, sulfonamid, omeprazol, fenasemid, disulfiram, etanol
(tertelan secara akut), trimethoprim dan asam valproat dapat
meningkatkan toksisitas fenitoin. Efektivitas fenitoin dapat berkurang
bila digunakan bersamaan dengan obat golongan barbiturat, diazoksid,
etanol, rifampisin, antasid, charcoal, karbamazepin, teofilin, dan
sukralfat. Fenitoin dapat menurunkan efektifitas asetaminofen,
kortikosteroid, dikumarol,disopiramid, doksisiklin, estrogen,
haloperidol, amiodaron, karbamazepin, glikosida jantung, kuinidin,
teofilin, methadon, metirapon, mexiletin, kontrasepsi oral, dan asam
valproat.
Kategori keamanan pada kehamilan: D-Tidak aman untuk kehamilan.
Peringatan: Diperlukan pemeriksaan hitung jenis dan analisis urin saat
terapi dimulai untuk mengetahui adanya diskrasia darah. Hentikan
penggunaan bila terdapat skin rash, kulit mengelupas, bulla dan purpura
pada kulit. Infus yang cepat dapat menyebabkan kematian karena henti
jantung, ditandai oleh melebarnya QRS. Hati-hati pada porfiria
intermiten akut dan diabetes (karena meningkatkan kadar gula darah).
Hentikan penggunaan bila terdapat disfungsi hati.
3. Diazepam
Telah lama digunakan untuk menanggulangi kegawatdaruratan pada
kejang eklamptik. Mempunyai waktu paruh yang pendek dan efek depresi SSP
yang signifikan. Dosis : 5 mg IV. Kontraindikasi: Hipersensitif pada
diazepam, narrowangle glaucoma. Interaksi: Pemberian bersama fenotiazin,
barbiturat, alkohol dan MAOI meningkatkan toksisitas benzodiazepin pada
SSP.Kategori keamanan pada kehamilan: D-tidak aman digunakan pada
wanita hamil. Peringatan : Dapat menyebabkan flebitis dan trombosis
vena, jangan diberikan bila IV line tidak aman; Dapat menyebabkan apnea
pada ibu dan henti jantung bila diberikan terlalu cepat. Pada neonatus
dapat menyebabkandepresi nafas, hipotonia dan nafsu makan yang buruk.
Sodium benzoat berkompetisi dengan bilirubin untuk pengikatan albumin,
sehingga merupakan faktor predisposisi kernikterus pada bayi.